Follow

Selasa, 14 November 2017

Dark Romance - Karya Lady

Hati-hati dengan apa yang akan kau ucapkan. Kerap terjadi, kata-kata yang sesumbar akan menjadi bumerang bagimu. Tanpa kita sadari, ada sebuah gerbang kecil yang menjadi jembatan penghubung dunia kita dengan dunia lain. Gerbang itu terbuka di waktu-waktu tertentu. Setiap orang yang tanpa perlindungan, akan masuk ke dalam gerbang itu dan tak kembali.

***

Tina benar-benar gusar, sudah lebih dari satu jam gadis itu menunggu kekasihnya, Udin, di sebuah taman kecil di pinggir kota. Diliriknya lagi jarum jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Malam ini mereka berencana untuk kencan semalam suntuk, tapi malam semakin larut dan Udin tak kunjung menampakan batang hidungnya membuat gadis itu suntuk sendiri.

Ujung jari telunjuknya memilin-milin helaian rambutnya yang bergelombang, matanya menerawang pantulan bayangannya di sebuah kolam. Tina bekerja di sebuah rumah gedong sebagai baby-sitter dan Udin sebagai bodyguard di rumah itu. Entahlah apa yang membuat Tina menyukai Udin yang notabene terlihat tidak cocok sebagai bodyguard karena tubuhnya yang pendek dan kurus. Tapi semua keraguan Tina hilang ketika diselamatkan Udin dari sekelompok orang yang mau memperkosanya.

Sebenarnya baru sebulan Tina bekerja dan Udin sudah mengejar-ngejarnya, pria ceking itu bersikap sangat protektif terhadap Tina. Sempat terpikir kalau Udinlah yang membayar preman-preman itu untuk memperkosanya tapi ditepisnya jauh-jauh pikiran itu. Mengingat body-nya yang menurutnya aduhai hampir mirip artis Julia Perez dan raut wajah yang sekilas seperti Bunga Citra Lestari, jelas-jelas preman-preman itu tak perlu dibayar untuk melakukan ‘tugas napsu’ itu. Sedangkan Udin, tampilannya lebih mirip sedikit Jeremy Tomas yang disetrika saking kurusnya.

Namun semua cinta itu terasa hambar setelah hubungan mereka yang sudah berjalan tiga tahun dan tak kunjung mendapat resmi dari calon mertua Tina, tepatnya Ibu Udin. Wanita paruh baya itu tak menyukai Tina karena suaminya sering mencuri-curi pandang menatap tubuh Tina. Dan itu menjadi momok menakutkan bagi wanita paruh baya itu, makanya Tina ditolak mentah-mentah sejak lirikan Pak Bagio yang pertama.
“Sayang...udah lama?” Tina menatap bayangan pria disampingnya yang terpantul dari beningnya kolam.

Tina sudah mati bosan, itu jelas terlihat dari raut kusutnya saat melihat Udin sudah duduk di sampingnya dengan senyum sumringah, “Maapin abang yah bebh, macet sih...”
“Elleeh..! Situ mah kalo ngeles jago pisan..!” rutuk Tina.
“Ah bebeph yayang...beneran macet kok...”
“Terus gue harus bilang WOW gitu sambil nyungsep ke Ciliwung..!”
“Bebh...jangan marah-marah dong...”

Dan Tina juga sudah mati jengkel dengan kekasihnya itu, sempat terpikir untuk menggarap sebuah film dengan judul ‘Pudarnya Susuk Bebh Udin’ tapi ditepisnya jauh-jauh keinginannya untuk tertawa mengingat kondisinya juga tak lebih dari kisah ‘Ande-Ande Lumut’ yang mungkin akan diubahnya menjadi ‘Tin-Tina Lumutan Ijo-Ijo Deh’.
“Kisanak, aku bosan ma kamu, Ki, pokoknya saya mo putus hari ini juga, detik ini juga, aku gak mau ketemu kamu lagi, eper eperlah (ever ever, maksud Tina selamanya, red*)”
“Tapi bebh...ayank sayang banget ma bebeph yayang...setahun lagi deh yank...Ibu pasti nerimo ayank..” ucap Udin mengiba.
“Nggak..! Genderuwo aja masih lebih jantan dari elo, Kisanak..! Gue bosen ma elo... itu gitu aja hubungan kita... GUE LEBIH SUKA JADI ISTRI SAH GENDERUWO DARIPADA DIGANTUNG MA ELO TERUS, KISANAK..!”

Dan saat itulah petir di hati Udin menggelegar, tapi entah mengapa langit yang tenang itu seolah bergemuruh mendengar sumpah serapah Tina. Kilat menyambar, petir bersahut-sahutan, juga hati Udin yang remuk karena pengorbanannya selama ini kandas. Selama tiga tahun berpacaran dengan Tina, Udin sudah mati-matian hemat untuk biaya pernikahan juga bulan madu ke Bali sesuai permintaan Tina. Makanya tubuh yang sudah ceking semakin kurus demi menghadapi tuntutan Tina bulan madu ke Bali dan pernikahan yang mewah. Setahun lagi saja, andai Tina mau bersabar, Udin sudah akan memboyong Tina ke pelaminan. Tapi apa hendak dikata, Tina lebih memilih makhluk tak kasat mata yang sering merecok pernikahan orang-orang dulu, itu membuat harga dirinya sebagai seorang pria baik-baik...terluka!

***

Jam hampir menunjukkan pukul 12, Tina terisak-isak dibawah guyuran hujan menyesali keputusannya. Tapi, sesakit apapun, Tina sudah membuat keputusan. Cintanya pudar. Dia hanya menyesali lamanya hubungan yang sudah dijalaninya bersama Udin. Dan selama itu Udin benar-benar menjaga Tina layaknya guardian angel. Tapi Tina silap rasa dengan ciuman Parjo yang dirasanya menggebu-gebu beberapa hari yang lalu, dan Parjo bersedia menikahinya secepat Tina memutuskan memutuskan Udin.

Terbersit rasa bersalah tapi Tina tidak dapat mundur lagi dan Udin tak mungkin kembali kesisinya. Dan akhirnya pria yang membuat hidupnya morat-marit muncul, tersenyum penuh kebanggaan. Pria itu mencium Tina dengan begitu liarnya, terasa begitu basah karena hujan yang turun sangat deras. Tina memejamkan matanya, sangat menikmati apa yang dirasakannya saat ini, tangannya membelai wajah pria itu. Berbulu! Tina membuka matanya dan terkejut bukan main, pria yang dikiranya adalah Parjo berubah menjadi sosok berbulu menyerupai gorila dengan mata merah menyala dan seringaian yang mengerikan. Tina mendorong sosok itu jauh-jauh dan berusaha berlari. Sayang, gadis cantik itu terjatuh. Dirasanya tangan yang penuh bulu menarik paksa kakinya. Menggeret tubuh seksi itu menuju sebuah gerbang kecil kasat mata yang sedang terbuka lebar. Menyisakan jeritan memilukan Tina yang begitu ketakutan. Namun jeritan minta tolong itu disembunyikan rapat-rapat oleh hujan dan petir. Hingga tersisa hanya hujan.

***

Udin terbangun, keringat mengucur deras, tubuhnya menggigil ketakutan. Pria tampan yang tubuhnya semakin berisi itu terbangun karena mimpi buruknya. Dia bermimpi melihat Tina digarap habis-habisan tanpa henti oleh makhluk-makhluk mengerikan. Tina terus menjerit. Kerap juga Udin bermimpi Tina sedang dipaksa makan makanan yang mengerikan, bahkan ada beberapa jari yang tersembul dari mulutnya. Udin sempat menangis mengingat kepergian Tina tanpa kabar, dan dirundungi rasa galau yang luar biasa. Pria itu sudah melapor hilangnya Tina, semula polisi mencurigai Udin tapi tak ditemukan bukti yang memberatkan pria itu. Tina hilang begitu saja. Dan akhirnya saat diketahui Parjo juga menghilang, Udin yakin betul kedua orang itu lari bersama dengan membawa barang curian.

Tapi akhirnya, Parjo ditemukan, barang curian ditemukan, tapi Tina tidak ditemukan. Hingga Udin sudah move-on dan menikah dengan sederhana kemudian membuat usaha kecil-kecilan yang mandiri, Tina tetap tak terdengar kabar. Hingga semua lupa tentang Tina, tapi tidak dengan Udin. Rambutnya semakin memutih tapi bayangan Tina tak pernah lepas, “Ah...Tina...mungkin kita akan bertemu di tempat lain...” dan akhirnya saat matanya menutup, Udin memilih untuk mengingat wajah isterinya Zaenab yang sudah berpulang lebih dulu, kemudian anak-anaknya, lalu cucu-cicitnya. Tapi Tina..? Udin tak mengingatnya di ujung usia.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar