Follow

Kamis, 16 November 2017

Eyes - Karya Hades

Cahaya terang yang berasal dari lampu di atas meja nakas menyorot wajah Rose. Ia duduk tepat di depan meja rias sebelah meja nakas tersebut. Wajahnya pucat, tanganya terulur ke bawah 'lunglai'.

"Kau bukan pembunuh, Rose!

Suara itu lagi kembali terdengar di telinganya. Bibirnya kering mengelupas.

"Tapi dia yang mengundangmu untuk membunuhnya."

Rose menatap cermin riasnya yang besar. Ia tertegun. Ada satu mayat tergeletak tepat di belakangnya. Tersadar sesaat sampai ia menemukan sebilah pisau tergenggam di tangan kiri.

"Pisau itu yang membunuhnya!"

"Siapa kau?" Rose berteriak. Suara itu tak menjawab. Yah, karena tak ada satu orangpun di sana, didalam kamarnya. Ia berdiri, berjalan mendekati mayat yang dipenuhi luka sayatan di sekujur tubuhnya.

"Mamaaaaaa.!"Histerisnya. Ia menangis ngilu. Setelah tahu bahwa mayat itu adalah ...

"Mamaaaaaaaa! Ma, bangun, Ma!"

"Tak ada gunanya kau menangis, ia sudah mati!"

"Siapa kau? Kenapa hanya suaramu yang terdengar? Tunjukan dirimu!" Rose berdiri, mengacungkan pisau di tangan ke sembarang arah.

"Kau tak bisa melihatku, Rose."

"Kenapa? Apa yang tak bisa kulihat dengan mataku? Apaa?"

"Hahaha, kenapa kau tanyakan itu padaku?" Tanya suara itu semakin jelas. Rose tetap menodongkan pisaunya. "Tanyakan saja seperti apa ia terbunuh?"

"Siapa kau sebenarnya?" Tangis Rose meledak. Bau anyir dari darah yang tergenang di lantai keramik putih kamarnya memenuhi rongga hidungnya. Membuat mual dan pusing. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa ia membunuh Ibunya sendiri?

"Semua jawaban ada pada matamu, Rose."

Rose tercekat. Dengan cepat ia berlari kembali ke arah meja riasnya tadi. Duduk di sana menatap pantulan dirinya di cermin dengan jelas.

Tiba-tiba ....
Angin berhembus kencang. Menerbangkan gorden di jendela dengan keras karena jendelanya terbuka sendiri. Lampu di atas meja nakas berkelap-kelip seram.
Rose menegang, air matanya berubah warna menjadi merah, bulu matanya memanjang dengan cepat, pupil mata pun memerah dan bertambah ukurannya, serta kuku-kukunya tumbuh meruncing.
Ia menyeringai, memamerkan kedua taring yang panjang mengkilat.

Rose, berubah menjadi manusia bertaring menyeramkan. Sekelabat bayangan tergambar jelas di kedua matanya. Bagaimana ia menyerang sang Ibu yang masuk ke dalam kamarnya membawa sepiring apel segar lengkap dengan pisau yang ada di samping telapak tangan kirinya.

Rose menarik kepala Ibunya, menghantamnya ke pintu sampai pingsan, lalu ia dengan tenang menyayat lengan, kaki, paha, perut serta leher Ibunya hingga putus.

Angin berhenti bertiup. Lampu menyala dengan normal. Rose kembali normal dalam hitungan detik. Ia kembali tersadar. Apa yang sebenarnya terjadi.

"Mamaaaa!"

"Kau sudah melihatnya?" Tanya suara itu. Dan Rose mengangguk tanpa berontak. "Semua ada dalam matamu."

"Mamaa, maafkan Rose ..." Tangisnya. Ia menyesali perbuatan kejinya itu. Putri satu-satunya membunuh sang Ibu dengan sadis.

"Kau bukan manusia, Rose. Karena manusia tak mungkin melakukan itu," suara itu terdengar lagi. Seolah berbisik di telinga Rose.

"Dan matamu yang melakukan itu. Jika kau tak memiliki mata kau tak mungkin membunuh Ibumu dan kau tak bisa melihat bagaimana kau berubah menjadi monster mengerikan seperti tadi."

"Lalu, aku siapa?"

"Bukankah kukatakan bahwa kau adalah monster yang mengerikan karena memiliki mata itu?" Rose menatap dirinya di sana. "Lihat dirimu! Kau tak kelihatan bagus memiliki mata." Rose masih diam "CONGKEL MATAMU, ROSE!"

Menatap matanya lagi. Rose perlahan menggeser telapak tangan kanannya. Mengambil pisau di sana, lalu mengarahkan ke arah matanya yang kanan pula.

"CEPAT LAKUKAN, ROSE!. MATAMULAH YANG MEMBUATMU MENJADI MONSTER."

Rose menelan ludahnya kasar. Ujung pisau yang runcing semakin dekat, dekat, dan ...

"AHK!"

Darah segar muncrat mengotori meja rias, kaca dan sekitarnya. Rose memekik berusaha mengeluarkan biji matanya.

"SEDIKIT LAGI, ROSE."

"AKH,"

Satu kornea mata meloncat keluar. Darah dari lubang di daerah matanya mengalir deras. Bisikan kembali terdengar untuk memintanya mencongkel mata kiri. Tangan Rose gemetar. Penglihatannya memudar. Dan sampai benar-benar gelap karena
Kornea mata yang satunya menyusul keluar tanpa ampun. Dua biji mata Rose lepas dari tempatnya. Dalam hitungan detik, kepala gadis itu tergeletak di atas meja rias.

"SEKARANG KAU BUKAN SEORANG PEMBUNUH, APRIL ROSE!"

Suara tanpa wujud itu meraung. Serta tawanya yang melengking.

"KAU TAK MENYADARI BAHWA AKU ADALAH SUARA HATIMU SENDIRI."

Nafas Rose tersengal, tangan kanannya masih menggenggam pisau yang terarah ke perutnya. Melesak keras merobek kulit dan dagingnya. Merusak usus di dalam sana. Gerakan tangan Rose terlalu cepat untuk membunuh dirinya sendiri.

"Mama, kita bertemu di surga."

Rose mati. Mati karena ulahnya sendiri. Karena matanya yang tak bisa menerima bahwa dirinya adalah separuh serigala dan separuh manusia. Yang ia dapat dari Ayahnya. Bahkan ia membunuh Ibunya dalam wujud manusia.

-End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar