Follow

Selasa, 14 November 2017

Lukisan Berdarah - Karya Lindsay 'Lov


Felix, si anak penjaga sekolah, adalah cowok yang tidak beken di sekolah. Memang dia pinter di kelas, tetapi tentu saja tidak ngetop karena miskin, culun dan berkecemete tebel. Sifatnya yang pemalu, pendiam, dan engga pede abiz, menambah nilai minus pada sosoknya. Kesehariannya, selain sekolah dan belajar, doi juga membantu-bantu babenya bersih-bersihin sekolah. Menyapu halaman, mengelap jendela, nguras jamban, betulin genteng, dan yang lainnya. Kebetulan, sekolah itu adalah sekolah swasta tempat anak-anak orang kaya dan pejabat, jadi bertambah-tambahlah rasa ga pedenya si Felix ini.

"Eh, culun! Elo naksir Linda? Di rumah lo kagak ade kaca, ape?" demikian olok-olek temen Felix setiap harinya. Felix hanya terdiam, menunduk, merenungi nasibnya dengan mata berkaca-kaca ngesot di pojokan. Terkadang Felix menjadi bulan-bulanan teman-temannya yang terkena hukuman, sering disuruh-suruh mengerjakan pe-er, dan terkadang menjadi kambing hitam yang sangat mengenaskan. Felix tidak dapat membantah perlakuan teman-temannya tersebut. Sebab dia tidak ingin anak-anak itu mengadu ke orang tuanya, lalu orang tua tersebut mengadu ke yayasan, dan ujung-ujungnya ayahnya dipecat. Tidak! Jadi Felix hanya bisa pasrah meski dibully setiap hari.

Suatu hari, saat membeli keperluan sekolah, Felix melihat ada sebuah lukisan tersandar terlantar di selokan yang kering, tidak auh dari sekolahnya. Sepertinya lukisan itu tertinggal atau terbuang, entahlah. Lukisan itu ditutupi bingkai kaca bening yang kotor karena lumpur yang mengering. Felix mengambilnya dan bermaksud membawa pulang.

Sampai di rumah, Felix membersihkan lukisan itu. Namun kacanya ternyata memang sudah buram, dan lukisan di dalamnya juga tampak buram. Tapi Felix bisa melihat bahwa lukisan itu adalah gambar seorang gadis muda yang berdiri di tepi pantai. Samar-samar, wajah gadis di dalam lukisan itu tampak sendu. 
“Cantik. Tapi kelihatan sedih.” Gumam Felix menghela nafas.

Baru saja Felix menggantung lukisan itu di dinding kamarnya, terdengar suara ribut ayahnya di ruang tamu. Felix keluar, dan ayahnya memberitahu bahwa salah seorang siswi terjatuh dari lantai dua gedung sekolah dan meninggal dunia dengan mengenaskan. Kepala pecah, sementara otaknya berceceran di lantai. Dan ternyata siswi itu adalah salah satu dari cewe-cewe yang suka mencemo'oh Felix.

Malamnya Felix bermimpi, seperti ada seorang wanita yang mengucapkan terima kasih padanya karena telah menyelamatkannya. Tapi Felix tidak bisa melihat sosok wanita itu dengan jelas karena terlalu samar oleh kabut yang datangnya entah darimana.

Esoknya, sebelum Felix berangkat sekolah, cowo itu kembali membersihkan lukisan yang didapatnya kemarin dan permukaannya tampak sedikit lebih cerah dari kondisi semula. Entah kenapa, Felix sangat menyukai lukisan buram itu.

Sampai di sekolah, Felix kembali dikagetkan saatmelihat para siswa berkumpul berbondong-bondong. Ia tidak tahu ada apa, sampai kepala sekolah mengumumkan bahwa tiga orang siswi sekolah mereka mengalami kecelakaan di jalan raya saat hendak berangkat kesekolah dan meninggal di tempat. Ketiga siswi itu – kembali – adalah juga teman satu geng dengan siswi yang jatuh dari lantai dua kemarin. Cewe-cewe yang suka menghina Felix.

Aneh sekali kenapa bisa terjadi kecelakaan yang beruntun begitu. Semuanya berteman akrab lagi. Satu geng. Felix tahu sekali, cewe-cewe tenar itu berjumlah tujuh orang termasuk Linda, gadis yang diam-diam disukainya. Dan geng ini adalah ratunya ngeBULY di sekolah. Tidak ada anak baru atau anak yang levelnya di bawah mereka yang tidak kena buli oleh mereka. Tp kejadian ini membuat
mereka terpukul. Sisa gadis-gadis satu geng itu tampak pucat dan mulai ketakutan, walau berusaha mereka tutupi dengan keangkuhan.

Malamnya, Felix kembali bermimpi. Wanita yang sama dengan yang di dalam mimpinya semalam, datang lagi. Kali ini agak lebih jelas, sehingga Felix merasa seperti pernah melihat gadis itu. Di dalam mimpinya, gadis itu berkata akan segera datang menemui Felix.

Felix tersentak. Perasaannya tidak nyaman. Antara senang karena mimpinya terasa begitu nyata, namun sisi lain hatinya merasakan ada bahaya yang sedang mengancam. Lalu Felix mulai merasa terhantui dengan mimpi dan kematian teman-temannya. Tapi dia sendiri tidak tahu kenapa perasaanya menjadi tidak enak. Namun saat esoknya, salah satu siswi dari geng itu meninggal lagi karena terpeleset di kolam renang, pikirannya mulai menduga hal-hal yang tidak masuk akal.

Maka, Pulang sekolah, Felix kembali melihat lukisan di dindingnya. Kondisinya tampak kian hari lebih cerah dari biasanya. Bahkan lukisan gadis di tepi pantai mulai terlihat jelas. Sungguh aneh. Padahal selama ini yang dilakukannya hanyalah membersihkan dengan washlap basah saja.

Namun, entah mengapa Felix merasa lukisan itu berkaitan dengan kematian-kematian teman-teman sekolahnya. Walau rasanya tak mungkin karena tidak masuk logika sama sekali, namun jelas musibah yang terjadi belakangan ini terjadi semenja dia embawa pulang lukisan misterius tersebut. Bahkan dia juga selalu bermimpi yang sama – tentang seorang gadis yang kian hari kian jelas sosoknya, yang beranji akan datang menemuinya -. Namun Felix akhirnya memutuskan untuk membuang fikirafikiran negative yang mungkin sudah mulai menguasai otaknya. “Lukisan itu tidak ada sangkut pautnya dangan kematian-kematian itu!” ucapnya pasti – akhirnya – sebelum dia berangkat ke sekolah.

*
Pagi ini, saat membersihkan lukisan tersebut, Felix semakin melihat perubahan yang tidak masuk akal. Lukisan itu tampak semakin cerah warnanya. Wajah gadis dalam lukisan itu semakin jelas. Dan
Samar-samar mengingatkan Felix pada gadis dalam mimpinya.

Sampai di sekolah, lagi-lagi kepala sekolah mengumumkan berita duka. Bahwa seorang siswi meninggal dunia karena dibunuh perampok tadi pagi. Dan siswi itu jelas-jelas orang keenam yang sering mencemooh Felix. Artinya hanya tinggal Linda, gadis yang disukainya yang belum terbunuh. Felix mulai panik.

Pulang sekolah, Felix memutuskan untuk menemui Linda. Namun seperti biasa, gadis itu terlalu sombong untuk mau bicara dengan Felix.

"Jangan dekati gue, orang aneh." demikian ucap Linda amat menyakiti hati Felix.

Felix pulang dengan hati terluka. Dia brpikir, semua kejadian ini pasti ada hubungannya dengan lukisan yang ditemukannya. Gadis-gadis yang mencomo'ohnya meninggal dunia satu demi satu, dan lama kelamaan lukisan itu semakin cerah. Apakah dia akan membiarkan saja Linda juga terbunuh karena telah menghina dirinya?

Saat masuk kamar, Felix seperti bermimpi. Seorang gadis yang sangat cantik berdiri sambil tersenyum padanya.

"Kita akan segera bersama, Felix. Aku akan datang dan menemanimu. Kau takkan kesepian lagi, dan tak seorangpun yang akan mencemo'ohmu lagi. Sabar ya, sayang. Aku hanya perlu satu jiwa saja lagi untuk menjadi kekasihmu." ucapnya dengan suaranya yang merdu memikat.

Felix menatap dengan mata terbelalak. Jelas sudah! Gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang di dalam lukisan. Dan kini, gadis itu bukan hadir di dalam mimpinya, melainkan langsung ke alam nyatanya. Bahkan kekamarnya. Felix begitu terkejut dan pingsan.

Ketika siuman, hari sudah malam. Felix tidak melihat keberadaan gadis itu lagi, selain lukisannya. Felix mulai merasa, lukisan yang ditemukannya beberapa hari yang lalu itu adalah lukisan terkutuk. Lukisan itu mungkin sengaja dibuang oleh pemilik awalnya, atau diterlantarkan, karena si pemiliknya mungkin akhirnya menyadari kalau lukisan itu telah mengambil banyak nyawa, seperti nyawa teman-temannya. Felix sadar selama ini dia selalu dihina, dan ada kemungkinan kutukan pada lukisan itu membalaskan rasa sakit hatinya. Namun pada kenyataannya, hal itu tidak membuatnya dendam dan ingin membunuh. Terlebih Linda, gadis yang dicintainya. Felix harus segera bertindak.

Malam itu juga, Felix memutuskan untuk memusnahkan lukisan itu. Mala mini juga dia akan membakarnya. Felix rela tidak mendapatkan cinta Linda, asalkan gadis itu selamat.

Maka Dengan kekuatan penuh, Felix meninju bingkai kaca lukisan tersebut. Sungguh aneh, kaca tersebut meledak dan pecah tersebar kemana-mana, bahkan mengenai kacamata Felix. Kacamata itu pecah, kepingan kaca masuk dan menancap di bola matanya. Dalam keadaan mata dan tangan yang berdarah, Felix membawa kanvas lukisan keluar dari kamarnya dan mencoba membakarnya. Namun Seperti ada kekuatan yang keluar dari lukisan itu yang sontak mencekik leher Felix, membuat cowo itu tak bisa bernafas. Felix berusaha meronta, menendang dan mencakar-cakar kanvas itu, namun entah dari mana, sebuah pukulan telak mengenai tengkuknya dan Felix pun pingsan tak sadarkan diri.

Entah sudah berapa lama Felix tak sadarkan diri. Begitu terbangun, dia sudah berada di rumah sakit. Orang tuanya menatap dengan cemas. Sementara Felix memandang dengan aneh.

"Felix, akhirnya kau siuman juga nak, setelah satu tahun mengalami koma." tangis haru ibunya.

"Apa? Satu tahun?" teriak Felix kaget.

"Benar nak, ini kacamatamu yang baru, nak. Yang lama sudah pecah dan ikut terbakar bersama lukisan kesayanganmu itu."

Bagai siaran ulangan, kejadian saat dia mencoba memusnahkan lukisan terkutuk itu melintas kembali di benaknya. Dan samar-samar dia ingat bahwa sebelum pingsan, dia sempat menyalakan pemantik dan melemparnya kedalam lukisan.

Dalam keadaan lemah, Felix mencoba duduk. Saat memakai kaca mata, ternyata kacamata itu malah membuat matanya kabur.

"Apa mataku dioperasi, Yah?"

"Iya nak, kenapa?"

"Sepertinya aku tidak membutuhkan kacamata lagi. Penglihatanku sangat terang sekarang."

"Syukurlah nak. Wajahmu juga terpaksa di face off sebab kau pingsan dan terjatuh kedalam lukisan yang terbakar itu..."

"Apa?" Felix langsung melompat mencari cermin. Saat melihat ke cermin, wajahnya sudah sungguh berubah. Dulu tampangnya culun bangad dan menggelikan. Tetapi sekarang...

...

Felix sangat berduka. Ternyata lukisan terkutuk itu sempat mengambil nyawa Linda, gadis idamannya. Felix meletakkan bunga di kuburan Linda. Kini, walaupun wajahnya setampan Steven Seagal, tapi untuk apa? Toh hatinya terasasepi karena gadis pujaannya sudah tiada.

"Maaf kak. Kakak siapa ya? Kok bisa berada di kuburan saudara saya?" tiba-tiba terdengar suara seorang gadis di belakang Felix.

Felix segera menoleh kebelakang. Sontak cowo itu melompat mundur ke belakang dan terjengkang kaget.

"Kau...."

"Iya...aku Yunita, kembarannya Linda..."

"Tidak. Kau...kau wanita terkutuk di dalam lukisan itu...!”

“Apa, kak?”

“Jangan dekatin aku! Kau pembunuh. Kau...kau iblis..!!!" teriak Felix lari terbirit-birit sampai kecipirit saat melihat sosok gadis cantik dalam lukisannya berdiri anggun di hadapannya.

"Tapi kak, aku bukan..."

"TIDAAAAKK...JANGAN DEKATI AKUUUU...!!" teriak Felix bagai kesurupan.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar