Follow

Selasa, 14 November 2017

Dia Sudah Pergi - Karya Lindsay 'Lov

-= DIA SUDAH PERGI =-

Pulang sekolah, tidak biasanya aku langsung masuk kamar dan melompat ke tempat tidur. Biasanya, aku pasti akan mengendap-endap menuju kulkas,mencari kek buatan ibuku yang terlezat di dunia,atau membuka lemari makan, siapa tahu ada mi goreng yang tak kalah sedapnya. Dan biasanya juga, aku pasti akan membawa makanan itu ke depan tv, untuk menikmatinya sambil menonton acara kartun kesukaanku. Detektif Conan. Lalu ibu pasti akan melihat perbuatanku, dan langsung mengomel-ngomel karena aku tidak langsung mengganti pakaianku dan mencuci tangan serta membersihkan wajah sebelum makan. Itu adalah kebiasaan buruk dan aku selalu mendapat julukan Ratu Pemalas.

Tetapi tidak untuk hari ini. Entah kenapa aku merasa lelah dan amat mengantuk. Mungkin karena tadi aku terlalu memporsir tenaga saat jam oleh raga,atau otakku menegang karena seharian tadi jam Fisika dan Matematika berturut-turut mengeluarkan soal-soal yang dahsyat dan mengerikan. Itulah sebabnya aku langsung merangkak menaiki anak tangga dan menghempaskan tubuhke tempat tidur untuk segera menyegarkan pegal dan penat seluruh tulang-tulangku.

'Where do you begin...to tell the story...'

Suara ringtone hapeku menggema dan menelusup masuk ketelingaku. Lagu lembut yang seharusnya amat kusukai itu kini terasa benar-benar mengganggu tepat disaat aku benar-benar ingin tidur.

"Halo..." akhirnya aku mendekatkan speaker hape ke telinga. Yang menelepon adalah Adie, ketua kelasku. Cowok ganteng, dengan senyum yang memiliki sebuah lesung pipi,dan tengah mengadakan pendekatan kepadaku.

"Melly...Melly...Melly...kemana saja? Kita udah mau berangkat nih..." terdengar suara empuk Adie yang sebenarnya merdu bila saja aku sedang dalam keadaan 'sadar'.

"Hmmmm...."

"Hei, Melly... kamu dimana?"

"Di rumah..."

"Di rumah?"

"Die,sorry...aku gak ikut ya...ngantuk banget..." ucapku seraya mengerjap-ngerjapkan mata yang terasa berat dan kesat.

"Loh, kok gitu sih? Gak dua kali loh One Direction datng ke jakarta..." keluh Adie terdngar kecewa.

Aku menghela nafas,"iya...sorry, die. Aku capek banget. Kalian berangkat deh, jangan nungguin aku."

"Bener nih Mel? Gak nyesel gak ketemu cowok-cowok seganteng mereka?" goda Adie seraya tertawa. Yah, begitulah dia. Selalu ceria dan penuh semangat. Aku memang belum menerima cintanya, tetapi aku sudah merasa lengkap dengan seluruh perhatiannya. Adie memang the best. Sengaja aku belum menerimanya menjadi pacarku karena aku ingin tahu seberapa setia dia menungguku.

Zzzz...

Entah sudah berapa lama aku tertidur saat aku tersentak, kamarku sudah terang, dan jendela sudah tertutup. Kulirik jam dinding di kamarku, dan hampir saja aku melonjak kaget.

"What?? jam dua?" teriakku dengan suara tertahan. Artinya aku sudah tertidur kurang lebih 10 jam. Gila! Ibu bisa marah besar, nih!

Tapi saat melihat sepiring makanan dan minuman di atas meja belajar, aku yakin ibu pasti sudah melihat aku tertidur dan pasti berpikir aku kelelahan, makanya ibu membiarkanku dan meletakkan makan malamku di atas meja.

"Thanks mom.." bisikku seraya menyikat habis makananku. Saat yang sama, aku juga menyalakan laptop untuk membuka fesbuk. Spontan aku disambut oleh sebuah kotak kecil yang bertuliskan nama Adie Nirwana, cowok keren yang paling perhatian padaku.

"Melly...Melly...Melly...jam segini belum tidur?" sapanya dalam kotak chat.

Aku tersenyum, "Sebaliknya, tau! Aku baruuuuu aja bangun." tulisku cepat.

"Hah? Jadi dari pulang sekolah tadi molor terus ya? dasar tukang tidur!"

Aku tertawa, "gimana konsernya? Mantap?" tanyaku kemudian.

"Pasti mantap dong. Tapi untung deh kamu gak ikut. Pas setengah main, konsernya rusuh. Ada anak-anak yang bawa minuman dan mabuk, lalu berkelahi deh."

"Wih...serem amat yak?"

"Iya. Pokoknya, dimanapun kamu berada, harus selalu hati-hati ya Mel... Kalo ada aku,aku pasti akan selalu menjagamu."

"Lebaaaayyy!!!"

"Heheheh...aku logout dulu ya Mel... Ngantuk nih. Pingin tidur."

"Okey...eh, jangan lupa, besok ada PR Kimia loh...udah beres, belum?"

.......

Aku tidak mendapat jawaban. Koneksi chatku dengan Adie terputus. Ternyata tuh anak udah langsung signout. Sebel! Padahal kan pertanyaanku belum dijawabnya. Keseeell!!!

Tetapi kekesalanku itu akhirnya berujung duka. Esoknya, saat aku sampai disekolah, seluruh siswa kelihatan bersedih dan beberapa anak kutemui menangis. Teman-teman sekelas berlari memelukku dan semuanya histeris menceritakan kalau Adie meninggal dunia.

"Adie kena tikam, Mel. Tepat di jantungnya. Adie meninggal ditempat..."

"Tidak!" aku menggeleng keras. Mataku panas. Aku tidak mau menangis oleh kabar yang belum tentu benar. Yang benar saja! Masa Adie meninggal pada saat konser sekitar jam 5 sore, tapi masih bisa chat denganku jam 2 dini hari tadi?

"Benar, Mel. Adie sudah meninggal. Kami sudah melihat mayatnya di rumahnya. Nanti, sehabis Juhur Adie akan dimakamkan...Mel...Melly...!!!"

Aku masih mendengar teriakan teman-temanku memanggilku. Tetapi aku tidak perduli. Aku tetap berlari...berlari...hingga aku lelah. Hingga aku bisa mencapai Adie yang kusayang. Adie tidak mungkin pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku. Adie tidak mungkin meninggalkanku...

Air mataku merebak, mengaburkan pandanganku saat samar-samar aku melihat sosok kaku Adie terbujur pucat, menanti pelukanku.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar