Follow

Senin, 13 November 2017

Jantung Hati - Karya Amiya Hisa

"Ayolah Alba, kau tinggal menusukkan pisau itu ke perutku dan semua akan baik-baik saja."

Gadis itu menggeleng lemah. "Tidak!" kaki kecilnya berderap dengan susah payah ke arah lawan bicaranya, sorot tajam penuh amarah menguar dari mata silvernya. Ia mengangsurkan tangan kiri pada pemuda di hadapannya. "kalau begitu iris pergelangan tanganku."

Pemuda itu mendengus. "Berhenti bersikap kekanak-kanakan, itu tidak akan berhasil."

"Kalau begitu jangan paksa aku!"

"Ada jalan lain kalau kau tidak mau, aku tinggal terjun ke jurang di belakang vila ini atau menabrakkan diriku pada truk yang lewat di jalan di bawah sana."

"Dove!"

"Aku akan melakukannya kalau kau tetap menolak jantungku." Dove tetap kukuh pada pendiriannya.

"Kau tahu aku tidak bisa menerimanya!" suara Alba tercekat. "Aku tidak ingin hidup tanpa kau di sisiku...." Suaranya lirih di akhir kalimat.

"Dengar," kedua tangan Dove menangkup wajah Alba. "Nyawaku tidak lebih penting dari nyawamu, aku ingin kau terus hidup dengan membawa jantungku."

Alba menggeleng, airmata sudah mengalir deras menuruni pipinya.

"Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?" Alba menatap Dove dengan wajah penuh airmata.

"Kau tahu dengan pasti itu tidak benar," Dove merengkuh Alba ke dalam dekapannya. "Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu, tapi sayang ... jantungmu semakin hari semakin lemah."

Alba merasa pundaknya basah, Dove menangis untuknya, lagi. Dibalasnya pelukan Dove dengan erat. "Tapi bukan hanya aku yang sakit...."

Sepuluh tahun yang lalu...

"Aku sakit, kau sakit. Kita sama-sama sakit. Umur kita juga sama. Jadi kita harus berteman." Gadis 10 tahun itu memaksa menautkan kelingkingnya dengan jari anak laki-laki di depannya yang menatapnya penuh binar.

"Namamu siapa?"

"Dove, namaku Dove." jawab anak laki-laki tersebut gugup.

"Namamu aneh, seperti nama perempuan. Namaku Alba, Rosa Alba." Gadis kecil itu tersenyum lebar.

Hari pun berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Dove dan Alba semakin akrab. Hari ini seperti biasa mereka terlihat bersama, bergandeng tangan menyusuri koridor rumah sakit.

"Sebenarnya aku lebih suka mawar merah," kata Alba sambil melihat bunga mawar merah plastik yang berada di atas meja resepsionis.

"Aku akan memberikannya untukmu, bunga mawar merah." Dove tersenyum lebar tanpa tahu bahwa suatu saat dia akan memberikan darahnya sendiri untuk mawar putih, Alba.

Setelah saling mengucap janji mereka berpisah, berjalan menuju kamar masing-masing. Kalau Alba menuju kamar ruangan khusus penyakit jantung, lain dengan Dove, remaja yang sudah beranjak 15 tahun tersebut menempati ruangan khusus untuk penyakit hati.

***

Dove ingin memberikan jantungnya untuk Alba, Alba ingin memberikan hatinya untuk Dove. Keduanya tidak mau mengalah, sama-sama keras kepala, sama-sama ingin berkorban untuk orang yang mereka cintai.

"Alba...."

Seminggu setelah perdebatan panjang mereka, kondisi Alba drop. Ia tidak mau di bawa ke rumah sakit, sudah cukup baginya menghabiskan waktu 9 tahun di sana.

Dove mendampingi gadis itu di ranjangnya, memeluknya posesif.

"Dove...," Alba mendongak, memandang Dove.

"Hmm?" Dove mengusap lembut pipi Alba, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya yang pucat.

"Sepertinya sebentar lagi," bisik Alba pelan.

Dove menahan sesak yang terus menghantam dadanya, suaranya bergetar "Kita ke rumah sakit ya...."

Alba menggeleng, "aku ingin di sini, bersamamu.

Suara Alba nyaris menghilang, kedua matanya pun setengah terpejam seolah lelah jika terus membuka.

"Sayang...." Dove tak mampu menahannya lagi, hantaman sesak itu menerobos keluar, tubuhnya bergetar, airmatanya mengalir tanpa henti.

"Ssh ... ja...ngan me...nangis," Alba mengusap punggung Dove dengan tenaganya yang tersisa. "Aku ... sa...yang Dove.

Seakan mengerti bahwa waktu mereka semakin sedikit, Dove mengeluarkan benda yang selama ini ia sembunyikan di atas ranjangnya. Sebuah pistol.

Diambilnya bantal kecil lalu diletakkan di dada, di depan jantungnya. Kembali ia memeluk Alba, mencium bibirnya yang masih bernapas dan menarik pelatuk pistol.

Peluru kecil itu menerobos kulit dan bersarang tepat di jantung Dove. Bau anyir darah mulai tercium.

"Aku mencintaimu, Rosa Alba...."

Detik kemudian napas sepasang anak manusia tersebut menghilang, tubuh mereka terkulai diantara darah yang membasahi keduanya.

Dove dan Rosa Alba, berpelukan menyambut kematian.

Dove tidak bisa hidup tanpa kekasihnya dan
impian Rosa Alba menjadi kenyataan.

Selesai.

Note: Mawar dan bulu (yang terdapat percikan darah) melambangkan pengorbanan dan cinta yang kuat. 
Source: gugel
Koreksi kalau salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar